Jumat, 02 November 2018

Semakin Tinggi Ilmu Seorang Wanita, Maka Semakin Sederhana Pula Penampilannya

WTBnews - Tahukah engkau bahwa seorang wanita yang tinggi ilmunya, maka semakin sederhana pula penampilanya, dan jika engkau merasa dirimu adalah seorang yang berilmu, koreksilah penampilanmu, sudah pantaskah dirimu dibilang seorang yang berilmu? 
Karena apa yang engkau kenakan, terlebih pakaian dan hijabmu akan mencerminkan siapa dirimu yang sebenarnya, meski tak selamanya identitas hatimu dapat dilihat dari penampilanmu. Tetapi alangkah lebih baiknya jika kau memantaskan apa yang engkau kenakan agar tidak berujung fitnah bagi yang melihat.


Wanita Berilmu Tidak Dilihat Dari Seberapa Mahal Pakaiannya, Tetapi Dilihat Dari Seberapa Bisa Ia Menyederhanakan Pakaiannya Dengan Ilmunya

Karena seberkelas apapun dirimu dengan ilmu yang engkau miliki, jika engkau tidak bisa menyederhanakan penampuilanmu dengan baik, maka engkau tak ubahnya dengan wanita yang tak berilmu, sebab wanita yang sebenarnya tahu batas-batas penampilan yang wajar menurut islam. 
Sebab, wanita berilmu tidak dapat dilihat dari seberapa mahal pakaian yang ia gunakan, tetapi dilihat dari seberapa bisa ia menyederhanakan pakaiannya dengan ilmu yang dimilikinya. 


Wanita Berilmu Tidak Dilihat Dari Seberapa Lebar Hijabnya, Tetapi Dilihat Dari Seberapa Bijak Ia Dalam Berhijab

Wanita berilmu tidak dilihat dari seberapa lebar hijab yang ia kenakan, tetapi dilihat dari seberapa bijak ia dalam berhijab, karenaa takkan sempurna hijab seorang wanita, jika tidak bisa membenahi hatinya untuk siapa ia berhijab dan karena apa ia harus berhijab. 
Dan sebagai wanita yang berilmu tentu engkau harus tahu akan hal itu, agar berhijabmu tidak hanya sekedar berhijab, tetapi bisa menjadikanmu lebih baik dan lebih sempurna.


Wanita Berilmu Tidak Dilihat Dari Seberapa Banyak Hiasan Yang Ia Pakai, Tetapi Dilihat Dari Seberapa Bisa Ia Memakai Ilmunya Untuk Hiasan Diri

Wanita berilmu tidak dilihat dari seberapa banyak hiasan yang ia pakai, tetapi dilihat dari seberapa bisa ia memakai ilmunya untuk hiasan diri. Karena tak jarang wanita yang menyatakan dirinya berkelas karena ilmu yang ia miliki, mengubah penampilan dan menghias dirinya agar nampak berkelas. 
Padahal berilmu itu tidak dilihat dari seberapa berkelas dirinya dengan perhiasan yang serba keceh, tetapi dilihat dari seberapa bisa ia menghiasi dirinya dengan akhlakq mulia melalui ilmu yang telah ia miliki.


Wanita Berilmu Tidak Dilihat Dari Seberapa Berkelas Penampilannya, Tetapi Dilihat Dari Seberapa Bijak Ia Berpenampilan Dengan Ilmunya

Wanita berilmu tidak dilihat dari seberapa berkelas penampilannya, tetapi dilihat dari seberapa bijak ia berpenampilan dengan ilmnya. 
Karena seberkelas apapun penampilanmu tidak akan menjadikanmu lebih baik, jika dirimu tak mampu bijaksana dalam bersikap dan berprilaku dengan ilmu yang engaku miliki.


Wanita Berilmu Tidak Dilihat Dari Seberapa Pintar Ia Memoles Wajah, Tetapi Dilihat Dari Seberapa Pintar Ia Menyembunyikan Wajahnya Dengan Ilmunya

Wanita berilmu tidak dilihat dari seberapa pintar ia memoles wajah, tetapi dilihat dari seberapa pintar ia menyembunyikan wajahnya dengan ilmunya.
Karena wanita berilmu yang sebenarnya adalah wanita yang bisa menyederhanakan kecantikannya dengan dengan terus bersifat malu, sehingga iapun terjaga dari fitnah sebab ilmu yang selalu menjadi pengendali hatinya untuk terus menyembunyikan wajah dari mata laki-laki yang bukan muhrim.


Senin, 15 Januari 2018

Uang Panai, Dari Tradisi Menjadi Ajang Adu Gengsi. Semakin Tinggi Uang Panai, Semakin Mewah Pestanya


WTBnews - Tahun sudah berganti, tapi ada satu perbincangan yang tidak pernah berlalu, masih saja terus jadi topik perbincangan hangat di mana-mana, hal yang cukup menarik perhatian terkhusus bagi para jejaka-jejaka di luaran sana, sampai-sampai dijadikan topik perbincangan di salah satu stasiun televisi lokal di Makassar, tidak hanya itu, juga dibuat film dan diperankan oleh orang-orang Makassar.

UANG PANAI adalah Adat Istiadat
   Di Sulawesi Selatan, satu hal yang menjadi ciri khas dalam pernikahan yang akan dilangsungkan adalah uang naik atau oleh suku Bugis-Makassar disebut uang panai’. Uang panai’ adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita yang merupakan bentuk penghargaan dan realitas penghormatan terhadap norma dan strata sosial. Tapi jangan menganggap uang panai’ sudah termasuk mahar yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Uang panai’  adalah sebagai uang adat namun sudah dianggap sebagai kewajiban dengan jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga.
   Sebenarnya adat seperti itu bukan hanya milik orang Bugis-Makassar, tapi ada juga yang serupa di suku Nias, Banjar dll, namanya “Jujuran”. Di tempat lain ada juga yang menyebutnya dengan “seserahan”. Adat ini sudah ada jauh sebelum agama Islam masuk ke Indonesia.
   Uang panai’ untuk menikahi wanita bugis-makassar terkenal tidak sedikit jumlahnya. Tingkat strata sosial wanita serta tingkat pendidikannya biasanya menjadi standar dalam penentuan jumlah uang untuk melamar, Misalnya saja si perempuan adalah lulusan SMA, maka uang panai yang harus di berikan oleh pihak mempelai laki-laki ke pihak mempelai perempuan adalah sejumlah 35 juta rupiah, lain halnya jika si perempuan lulusan S1, maka uang panai yang harus diberikan adalah sejumlah 50 juta rupiah, nah, bagaimana kalau si perempuan lulusan S2 plus haja plus cantik plus kaya plus keturunan darah biru pula, hemmmmm….harus bayar berapa yah??? 
   Dalam menentukan sebra phak memerapa besar uang panai dan mahar yang akan diberikan, pihak keluarga (saudara ayah atau ibu), memiliki pengaruh yang cukup penting dalam pengambilan keputusan. Tidak jarang, dalam menentukan jumlah uang panai terjadi perdebatan yang alot hingga akhirnya terjadi kesepakatan antara pihak mempelai perempuan dan pihak mempelai laki-laki.
   Jika jumlah uang naik yang diminta mampu dipenuhi oleh calon mempelai pria, hal tersebut akan menjadi prestise (kehormatan) bagi pihak keluarga perempuan. Kehormatan yang dimaksudkan disini adalah rasa penghargaan yang diberikan oleh pihak calon mempelai pria kepada wanita yang ingin dinikahinya dengan memberikan pesta yang megah untuk pernikahannya melalui uang panai’ tersebut.
   Bagi pria lokal atau yang juga berasal dari suku bugis-makassar, memenuhi jumlah uang panai’ juga dapat dipandang sebagai praktik budaya siri’, jadi wanita yang benar-benar dicintainya menjadi motivasi yang sangat besar untuk memenuhi jumlah uang panai’ yang di syaratkan. Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia dalam hal ini untuk memenuhi jumlah uang panai’, yang akan kemudian mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi nya dalam bekerja.

UANG PANAI dari Tradisi menjadi Gengsi
   Jika kita melihat realitas yang ada saat ini, arti dari uang panai’ ini sudah bergeser dari arti yang sebenarnya. Uang panai’ sudah menjadi ajang gengsi atau pamer kekayaan, padahal yang kaya itu bukan mempelai laki-lakinya tetapi yang kaya adalah orang tua si lelaki. Nah, terkhusus untuk ukhti fillah, “jangan mencari lelaki yang kaya, tetapi carilah lelaki yang berpotensi menjadi orang kaya”, begitu katanya Pak Mario Teguh.
   Dan ada juga karena gengsi, sebagian pihak laki-laki yang untuk memenuhi jumlah permintaan uang panai’ tersebut, calon mempelai bahkan harus berhutang. Naudzubillah…….. 

UANG PANAI jadi Bukti Keseriusan
   Tidak jarang uang panai dijadikan sebagai ajang pembuktian keseriusan oleh pihak mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki. Bukti keseriusan itu terjawab ketika berapun besarnya uang panai yang diminta oleh pihak mempelai perempuan, tanpa berpikir panjang, pihak laki-laki langsung menyetujuinya.
   Sahabat fillah, bagaimana pendapat kalian mengenai adat istiadat uang panai ini? Pasti ada pro dan yang kontra dong yah.
   Kalau saya pribadi “Dan berikanlah mahar (maskawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan.” [ QS. An-Nisa : 4 ], “Di antara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.”

Rabu, 03 Januari 2018

Predikat Peraih ODF (Open Defecation Free) Dengan Nilai Sempurna, Desa Arallae Salah Satu Yang Terbaik di Kecamatan Kahu.



   WTBnews – Satu lagi Desa berprestasi di Kabupaten Bone. Terbaru, Desa Arallae unjuk gigi. Wilayah yang masuk Kecamatan Kahu itu berhasil meraih penghargaan Odf (Open defecation free) atau Desa dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan penilaian sempurna. Tim penilai yang berasal dari Kabupaten memberikan penilaian tertinggi untuk Desa Arallae karena dianggap serius ingin menjadikan masyarakat atau warga Arallae berprilaku hidup bersih dan sehat.




   Kesuksesan meraih penghargaan Odf (Open defecation free) atau Desa dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan penilaian sempurna, tidak lepas dari peran semua warga Desa Arallae. Bukan persiapan sembarangan, jauh-jauh hari, semua lapisan masyarakat dan perangkat Desa bersatu turun tangan. Hal ini terlihat mulai dari utara timur barat dan selatan Arallae bergerak bersama-sama. Dan terbukti, persiapan yang matang dengan waktu berbulan-bulan membuahkan hasil yang maksimal. Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa Desa di Kecamatan Kahu yang meraih predikat Odf (Open defecation free) atau Desa dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan catatan bersyarat.